Minggu, 09 November 2014

Cara menanam padi yang baik akan menentukan keberhasilan budidaya padi. Sekalipun cara menanam padi sawah dianggap budidaya mudah akan tetapi kegagalan panen masih sering terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia, apalagi ketika budidaya tanaman padi terserang hama tikus, sudah bisa dipastikan hasil panen menurun sangat signifikan bahkan seringkali menyebabkan puso. Berikut ini akan dibahas mengenai bagaimana teknik menanam padi beserta cara pengendalian hama dan penyakit pengganggu selama proses budidaya padi sawah.

SYARAT TUMBUH TANAMAN PADI SAWAH
Lokasi budidaya padi dan syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk menentukan varietas maupun pengendalian hama dan penyakit. Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman 23°C. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Saat musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah mengandung pasir, debu, maupun lempung.

PELAKSANAAN BUDIDAYA PADI SAWAH
  • Pengukuran pH Tanah. Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas lakmus, pH meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan secara zigzag.
  • Persiapan Lahan Budidaya Padi Sawah. Pembersihan jerami atau sisa tanaman lain, pencangkulan pematang sawah untuk memperbaiki pematang-pematang rusak, pemberian pupuk kandang, pembajakan serta penggaruan tanah. 
  • Persiapan Bibit dan Penanaman Padi Sawah. Membuat persemaian merupakan langkah awal budidaya padi. Pembuatan persemaian memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian akan menentukan pertumbuhan tanaman, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi sehat sekaligus subur dapat tercapai. Hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan benih padi unggul bersertifikat, dengan kebutuhan benih 25-30 kg/ha. Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur serta intensitas cahaya matahari sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 4 m, tinggi 20-30 cm. Pada lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan hama tikus, sebaiknya tempat persemaian dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan. Benih padi yang telah direndam selama 1 malam siap ditebar. Bibit berumur 18 hari siap pindah tanam. Sebelum ditanam, bibit padi yang telah dicabut direndam dalam larutan insektisida berbahan aktif karbofuran dengan konsentrasi 1 gr/ liter selama 2 jam. Daun bibit dibiarkan utuh, tidak dipotong seperti kebiasaan petani. Saat melakukan penanaman, lahan dalam kondisi macak-macak, tidak perlu tergenang air. Penanaman budidaya padi dilakukan dengan jumlah satu tanaman per titik tanam, menggunakan sistem jajar legowo 2-1, jarak 15 x 25 cm, lebar barisan legowo 50 cm. Keuntungan cara menanam padi sawah menggunakan sistem ini adalah memberikan ruang cukup untuk pengaturan air, mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian hama dan penyakit juga lebih mudah, serta pemupukan lebih berdaya guna.

PEMELIHARAAN TANAMAN PADI SAWAH
  • Penyulaman Budidaya Padi Sawah. Penyulaman budidaya tanaman padi sawah dilakukan sampai tanaman berumur 2 minggu. Tanaman padi yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam, sehingga akan berpengaruh terhadap pemanenan.
  • Sanitasi Lahan dan Pengairan Budidaya Padi Sawah. Sanitasi lahan pada budidaya padi sawah meliputi : pengendalian gulma/rumput (penyiangan), pencabutan tanaman padi terserang hama dan penyakit. Penyiangan selama proses budidaya padi dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum pemupukan kedua dan ketiga dengan cara mencabut gulma atau menggunakan alat gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup cepat, maka penyiangan bisa dilakukan hingga 3 kali. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan budidaya padi sawah adalah pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari 1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari menjelang panen.
  • Pemupukan Susulan Budidaya Padi Sawah. Melakukan pemupukan susulan dalam budidaya padi merupakan salah satu cara menanam padi yang perlu mendapat perhatian serius, karena nutrisi tanaman padi harus tetap tersedia sepanjang masa budidaya untuk menghasilkan produksi optimal. Pupuk susulan diberikan baik melalui akar maupun daun. Pupuk akar diberikan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam (HST) menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha, urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan saat tanaman padi berumur 20 HST menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha, urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan saat tanaman berumur 35 HST menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 250 kg/ha. Pupuk daun diberikan melalui penyemprotan, untuk menghemat waktu maupun biaya tenaga kerja, pemberian pupuk daun dapat bersamaan saat melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pupuk daun kandungan nitrogen tinggi diberikan saat tanaman padi berumur 14 hst, konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan phospat dan kalium tinggi diberikan saat umur 30 hst, 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium tinggi menggunakan pupuk MKP dengan konsentrasi 2 gr/liter saat umur 30 hst, serta konsentrasi 4 gr/liter saat tanaman berumur 45 hst.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH

HAMA PENGGANGGU BUDIDAYA PADI SAWAH
- Hama Orong-Orong
Pengendalian hama orong-orong pada budidaya padi dilakukan dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk membunuh telur orong-orong di tanah. Penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida berbahan aktif metomil), jika diperlukan bisa mengaplikasikan insektisida berbahan aktif fipronil atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Ulat Grayak
Pengendalian hama ulat grayak pada budidaya padi dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Penggerek Batang,
Pengendalian kimiawi hama penggerek batang pada budidaya padi adalah dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil, monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Putih
Pengendalian kimiawi hama putih pada budidaya padi adalah penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Putih Palsu
Pengendalian hama putih palsu pada budidaya padi tidak diperkenankan melakukan penyemprotan insektisida sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih. Tanaman padi sawah terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air maupun pupuk dikelola dengan baik. Selain itu dapat juga mencegahnya melalui penggenangan lahan secara terus menerus, atau dapat juga melakukan pengeringan sawah selama beberapa hari untuk membunuh larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst namun serangan tidak terkendali, bisa disemprot menggunakan insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Wereng Coklat
Pengendalian hama wereng coklat pada budidaya padi diantaranya melakukan pengaturan jarak tanam, menanam varietas tahan wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, kepik Cyrtorhinus lividipennis). Apabila serangan di luar ambang kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin, buprofezin, dimehipo, tiametoksam, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Wereng Hijau
Pengendalian hama wereng hijau pada budidaya padi ini sama seperti pengendalian hama wereng coklat.

- Hama Walang Sangit
Pengendalian kimiawi hama walang sangit pada budidaya padi adalah mengaplikasikan insektisida berbahan aktif alfametrin, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Keong Mas
Pengendalian hama keong mas pada budidaya padi diantarnya melakukan pengamatan di lapangan, waktu kritis untuk mengendalikan serangan hama keong mas adalah saat tanaman berumur 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah muda maupun keong mas dengan berbagai ukuran maupun warna, perlu dilakukan pengaturan air. Ketika tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood=intermitten irrigation). Bila petani menanam menggunakan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian. Apabila serangan di luar ambang kendali bisa mengaplikasikan moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Tikus Sawah
Hama tikus sawah pengganggu proses budidaya padi sawah adalah dari spesies Rattus argentiventer Rob Kloss. Tikus sawah merupakan hama utama budidaya padi dari golongan mamalia (binatang menyusui). Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan sangat spesifik.

Pengendalian Hama Tikus Pada Budidaya Padi Sawah
Pengendalian hama tikus akan dijelaskan lebih lanjut, mengingat serangannya mampu menggagalkan panen hingga 100% (puso). Berikut cara pengendalian hama tikus:
- Sanitasi Lingkungan, Sanitasi lingkungan bertujuan menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak menguntungkan bagi kehidupan maupun perkembangbiakan tikus. Kegiatan sanitasi dengan pembersihan gulma di areal pertanaman mulai dari pematang sampai saluran irigasi, terutama pada tanggul tinggi (bertujuan agar hama tikus tidak bersarang di tempat tersebut).
- Kultur Teknis, Pengaturan pola tanam bertujuan membatasi perkembangbiakan tikus sawah, karena hama tikus sawah hanya berkembangbiak saat tanaman padi pada fase generatif. Pengaturan pola tanam dapat membatasi perkembangbiakan hama ini. Pengaturan jarak tanam lebih lebar dari biasanya, seperti cara tanam legowo, bertujuan membuat lingkungan lebih terbuka sehingga kurang disukai hama tikus.
- Pengendalian Fisik, Tujuan pengendalian untuk mengubah faktor lingkungan fisik menjadi tidak sesuai untuk kehidupan tikus sawah. Hama tikus mempunyai batas toleransi terhadap beberapa faktor fisik seperti suhu, cahaya, air, maupun suara. Beberapa cara pengendalian dapat menggunakan alat penyembur api (brender) yang disemprotkan ke sarang tikus, memompa air ke dalam sarang tikus, mengusir hama tikus dengan suara ultrasonik, pemerangkapan (trapping), gropyokan massal (community actions), sistem bubu perangkap linier (linier trap barrier system atau LTBS), serta Sistem bubu perangkap (trap barrier system atau TBS). Informasi LTBS maupun TBS dapat meminta menjelasan ke instansi pertanian terdekat.
- Pemanfaatan Musuh Alami, Musuh alami berasal dari kelompok burung, mamalia maupun reptilia. Pemangsa dari kelompok burung antara lain Tito alba javanica (burung hantu putih), Bubo ketupu (burung hantu cokelat) dan Nyctitorac nyctitorac (burung kowak maling). Pemangsa dari kelompok mamalia antara lain Verricula malaccensis (musang bulan atau rase), Herpestes javanicus (garangan), Felis catus (kucing) atau Canis familiaris (anjing). Pemangsa dari kelompok reptilia antara lain Ptyas koros (ular tikus), Naja naja (ular kobra), Trimeresurus hagleri (ular hijau), Phyton reticulatus (ular sanca).
Pemangsa terbaik hama tikus sawah adalah burung hantu, karena burung hantu mempunyai laju fisiologis besar sehingga mampu mengkonsumsi tikus dalam jumlah banyak. Pemangsa jenis burung juga mempunyai kemampuan mencari mangsanya lebih baik dibandingkan jenis pemangsa lain. Walaupun demikian, burung hantu memerlukan habitat yang sesuai seperti daerah perkebunan, pegunungan atau perkampungan. Sedangkan di daerah sawah irigasi yang luas bahkan terbuka, burung hantu kurang cocok berdomisili di daerah tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu menciptakan lingkungan kondusif untuk melindungi predator tikus. Tubuh hama tikus terinfeksi berbagai jenis cacing, sehingga memberikan umpan tikus menggunakan patogen seperti bakteri salmonella dapat dilakukan, tetapi umpan rodentisida tersebut juga membahayakan kesehatan manusia.
- Pengendalian Kimiawi; Rodentisida. Rodentisida di pasaran umumnya dalam bentuk siap pakai, atau mencampur sendiri dengan bahan umpan. Rodentisida digolongkan menjadi racun akut maupun antikoagulan. Racun akut dapat membunuh hama tikus langsung di tempat setelah makan umpan, sehingga dapat menyebabkan hama menjadi jera. Sedangkan rodentisida antikoagulan akan menyebabkan hama mati setelah lima hari memakan umpan (dosis cukup agar tidak menyebabkan jera umpan). Namun demikian jenis rodentisida antikoagulan mempunyai efek sekunder negatif terhadap predator tikus.Fumigasi. Fumigasi merupakan teknik yang ditujukan langsung ke sarang tikus, teknik ini merupakan teknik efektif membunuh hama tikus di dalam sarang.
- Antifertilitas; Adalah cara pemandulan hama tikus baik tikus jantan maupun betina. Cara ini lebih efektif karena hama tikus sawah berkembangbiak sangat cepat. Beberapa jenis bahan kimia untuk pemandulan manusia juga dapat digunakan untuk memandulkan tikus sawah.

PENYAKIT PENGGANGGU BUDIDAYA PADI SAWAH
- Penyakit Hawar Daun Bakteri
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri pada budidaya padi dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan serangan BLB, serta pemupukan berimbang. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik, berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Hawar Daun Jingga
Pengendalian penyakit hawar daun jingga pada budidaya padi dilakukan dengan pemupukan berimbang, jarak tanam lebar, serta pengeringan secara berkala. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Hawar Pelepah
Pengendalian penyakit hawar pelepah pada budidaya padi dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, serta aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Busuk Batang
Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau dimetomorf. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Blas
Pengendalian penyakit blas pada budidaya padi dengan pengaturan jarak tanam, penggunaan benih bebas infeksi patogen, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk kemasan.

- Penyakit Bercak Daun Cercospora
Pengendalian penyakit bercak daun cercospora pada budidaya padi dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta melakukan pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Bercak Daun Coklat
Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang, difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Tungro
Penyakit virus tugro dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan serangga vektor penular virus, terutama pengendalian hama wereng hijau. Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat hama wereng hijau agar efisien dengan memperhatikan dampak pestisida terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungro.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Budidaya Padi Sawah
Penyemprotan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap kali melakukan penyemprotan, jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut.

PANEN
Buah padi dapat dipanen saat 95% malai menguning. Ketepatan waktu panen sangat mempengaruhi kualitas bulir padi maupun kualitas beras. Panen terlalu cepat menyebabkan prosentase butir hijau tinggi, berakibat sebagian biji tidak terisi atau rusak saat digiling. Sedangkan pemanenan terlambat menyebabkan hasil berkurang karena butir mudah lepas dari malai serta beras pecah saat digiling.
Perontokan padi dilakukan segera setelah tanaman padi dipotong menggunakan sabit, agar kualitas gabah maupun beras giling tinggi. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras. Selain itu beras menjadi kurang bersih. 

Sumber: berbagai sumber

KATEGORI

Blog Archive

Popular Posts

Recent Posts