Minggu, 09 November 2014


Setelah lulus dari SDN 04 Welahan, aku melanjutkan ke SMPN 1 Welahan Jepara. SMPN 1 Welahan termasuk sekolah favorit di daerahku. Sekolah ini menerapkan nilai di atas rata-rata untuk bisa masuk sekolah ini. Karena nilai hasil ujianku di atas rata-rata maka aku mantap untuk mendaftar di SMPN 1 Welahan. Alhamdulillah, saat pengumuman siswa baru, aku termasuk dari 120 siswa yang diterima di sekolah ini.

Hari pertama masuk sekolah aku lalui dengan senang hati. Dari hasil pembagian yang dipajang di papan pengumuman, aku menempati kelas 1B. Aku pun mencari ruang kelas 1B. Setelah ketemu ruang kelas yang dituju, aku pun memasuki ruangan. Ku lihat wajah-wajah baru yang belum aku kenal. Maka dari itu, aku pun berkenalan dengan mereka satu persatu. 

Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Aku bersemangat untuk belajar. Aku mendapatkan ranking 10 besar dari 3 kelas seangkatanku (dari 120 siswa). Selain itu, dalam lomba pidato dalan rangka hari besar Islam yang diselenggarakan oleh OSIS, aku mendapatkan juara I. Aku pun pernah mendapatkan juara II dalam lomba mengarang tingkat SLTP se-kabupaten Jepara dalam rangka Hari Pendidikan NAsional

Setelah lulus dari SMPN 1 Welahan, aku melanjutkan ke STM Ma'arif Kudus (saat ini : SMK NU Ma'arif Kudus).
Waktu kecil, saya tidak pernah sekolah Taman Kanak-kanak (TK). Waktu itu di kampungku belum ada Taman Kanak-kanak. Oleh orang tuaku, langsung dimasukin Sekolah Dasar (SD). Sekolah Dasar yang menjadi pilihanku adalah SDN 04 Welahan Jepara.

SDN 04 Welahan bertempat di desa Welahan RT 06 RW IV kecamatan Welahan kabupaten Jepara.SDN 04 Welahan berdampingan dan satu lokasi dengan SDN 03 Welahan dan SDN 05 Welahan (saat ini SDN 05 Welahan telah dimerger). Adapun posisi ketiga sekolah tersebut saat itu dapat dilihat pada bagan berikut ini:



Mulai dari kelas 1 sampai kelas 6, saya termasuk anak yang rajin untuk belajar. Alhamdulillah, berkat ketekunanku tersebut saya selalu mendapatkan ranking 3 besar.

Setelah lulus SDN 04 Welahan, saya melanjutkan ke SMPN 1 Welahan.
Menanam padi merupakan aktivitas yang memerlukan ketelatenan. Terutama untuk daerah tadah hujan seperti wilayah saya. Selain masalah air, hama merupakan faktor penentu keberhasilan dalam budidaya padi. Saya pernah dua kali gagal panen total karena kebanjiran dan diserang hama wereng.

Berikut ini adalah cara bercocok tanam padi yang baik dan benar berdasarkan berbagai sumber. Namun, semua itu juga dipengaruhi oleh lokasi/daerah, cuaca, sumber air dan lain-lain.

PEMBIBITAN
Sebelum  ditanam, tanaman padi harus disemaikan terlebih dahulu. Pesemaian harus disiapkan dan dikerjakan dengan baik agar diperoleh bibit yang baik, sehingga pertumbuhannya akan baik pula. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan persemaian sebagai berikut:

A. Memilih Tempat Pesemaian
     Syarat lahan persemaian adalah 
     - Tanahnya harus yang subur, banyak mengandung humus, dan gembur. 
   - Tanah harus terbuka, tidak terlindung oleh pepohonan, sehingga sinar matahari dapat diterima dan dipergunakan sepenuhnya.
     - Dekat dengan sumber air terutama untuk pesemaian basah, sebab pesemaian banyak membutuhkan air. Sedanggkan pesemaian kering dimaksudkan mudah mendapatkan air untuk menyirami apabila persemaian itu mengalami kekeringan.
    - Apabila areal yang akan ditanami cukup luas sebaiknya tempat pembuatan pesemaian tidak berkumpul menjadi satu tempat tetapi dibuat memencar. Hal itu untuk menghemat biaya atau tenaga pengangkutannya.

B. Mengerjakan Tanah Untuk Pesemaian
   Tanah pesemaian harus mulai dikerjakan kurang lebih 50 hari sebelum penanaman. Karena adanya dua jenis padi, yaitu padi basah dan ppadi kering, maka tanah pesemaian juga dapat dibedakan atas pesemaian basah dan pesemaian kering.
• Pesemaian Basah; Dalam membuat pesemaian basah harus dipilih tanah sawah yang betul-betul subur. Rumput-rumput dan jerami yang masih tertinggal harus dibeersihkan lebih dulu. Kemudian sawah digenangi air, maksud digenagi air ini agar tanag menjadi klunak, rumpput-rumputan yang akan tumbuh  menjadi mati, dan bermacam-macam serngga yang dapat merusak bibit mmati pula. Selanjutnya, apabila tanah sudah cukup lunak lalau dibajak/digaru dua kali atau tanah menjadi halus. Pada saat itu juga sekaligus dibuat petakan-petakan dan memperbaiki pematang. Sebagai ukuran dsar luas pesemaian yang harus dibuat kurang lebih 1/20 dari araeal sawa yang akan ditanamai. Jadi apabila sawwah yang akan ditanami seluas 1Ha, maka luas pesemaian yang harus dibuat adalah 1/20 x 10.000 m² = 500 m². Adapun biji   yang dibutuhkan adalah kurang lebih 75 gram biji setiap 1 m², atau sebanyak kurang lebih 40 kg.
• Pesemaian Kering; Prinsip pembuatan pesemaian kering sama dengan pesemaian basah. Rumpu-rumput dan sisa-sisa jerami yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu. Tanah dibolak-balik  dengan bajak dan digaru, atau bisa dan halus. juga memakai cangkul yang terpenting tanah menjadi gembur. Setelah tanaha menjadi halus, diratakan dan dibuat bedenganbedengan. Adapun ukuran bedengan sebagai berikut :  Tinggi 20 cm, lebar 120 cm, panjang 500-600 cm. Antara bedengan yang satu dengan yang lain diberi jarak 30 cm sebagai selokan yang dapat digunakan untuk memudahkan : Penaburan biji, pengairan, pemupukan, penyemprotan hama, penyiangan, dan pencabutan bibit.

C. Penaburan Biji
   Untuk memilih biji-biji yang bernas dan tidak, biji harus direndam dalam air. Biji-biji yang bernas akan tenggelam sedangkan yang biji-biji yang hampa akan terapung. Dan biji-biji yang terapaung bisa dibuang. Maksud perendaman selain memilih biji yang bernas, biji juga agar cepat berkecambah. Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian bijhi diambil dari rendaman lalu di peram dibungkus memakai daun pisang dan karung. Pemeraman dibiarkan selama 8 jam.
   Apabila biji sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji disebar ditempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang. Apabila penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi penyebaran yang terlalu jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih tidak merata.

D. Pemeliharaan Pesemaian
   • Pengairan
   Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi air selama 24 jam, baru dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak berkelompok-kelompok sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam itu dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat pertumbuhaan.
     Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-bedengan, sehingga bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar, penggenangan dilakukan dengan melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput, perlu digenagi aiar. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka penggenangan air hanya kalau memerlukan saja.
   • Pengobatan
    Untuk menjaga kemungkinan serangan penyakit, pesemaian perlu disemprot dengan Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari setelah penaburan dan sesudah pesemaian berumur 17 hari.
   • Pemupukan

PENGOLAHAN TANAH

Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan sejak dua bulan penanaman dengan tahap-tahap sebagai berikut: 
1. Pembersihan
   Sebelum tanah sawah dibajak harus dibersihkan lebih dahulu dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.
2. Pembajakan
   Sebelum pembajakan, sawah sawah harus digenangi air lebih dahulu. Pembajakan dimulai dari tepi atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan pembajakan adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-bahan organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur dengan tanah. Selesai pembajakan sawah digenagi air lagi selama 5-7 hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakan bongkahan-bongkahan tanah.
3. Penggaruan
   Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi. Sehingga cukup hanyya untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan berrulang-ulang sehingga sisa-sisa rumput terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah.

Setelah penggaruan pertama selesai, sawah digenagi air lagi selama 7-10 hari, selang beberapa hari diadakan pembajakan yyang kedua. Tujusnnya yaitu: meratakan tanah, meratakan pupuk dasar yang dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.

PENANAMAN

A. Pemilihan Bibit
Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian. Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan.

Caranya, 5 sampai 10 batang bibit kita pegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain:
• Umurnya tidak lebih dari 40 hari
• Tingginya kurang lebih dari 40 hari
• Tingginya kurang lebih 25 cm
• Berdaun 5-7 helai
• Batangnya besar dan kuat
• Bebas dari hama dan penyakit

Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam, jangan sampai bermalam.
Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke kanan dan ke kiri dengan jarak 25 x 25 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata.

Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira3 atau 4 cm. usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring.
Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam akan menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. 

Bibit yang ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah reba atau hanyut oleh aliran air. Dengan demiikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.

PEMELIHARAAN

A. Pengairan
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Masalah pengairan bagi tanaman padi sawah merupakan salah satu factor penting yang harus mendapat perhatian penuh demi mendapat hasil panen yang akan datang.

Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di sawah adalah air yang berasal dari sungai, sebab air sungai banyak mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna untuk menambah kesuburan tanah dan tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang baik untuk pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan kotoran.

Memasukan air kedalam sawahdapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Air yang dimasukan ke petakan-petakan sawah adalah air yang berasal dari saluran sekunder. Air dimasukan ke petakan sawah melalui saluran pemasukan, dengan menghentikan lebih dahulu air pada saluran sekunder.

Untuk menjaga agar genangan air didalam petakan sawah itu tetap, jangan lupa dibuat pula lubang pembuangan. Lubang pemasukan dan lubang pembuangan tidak boleh dibuat lurus.
Hal ini dimaksudkan agar ada pengendapan lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman. Apabila lubang pemasukan dan lubang pembuangan itu dibuat luru, maka air akan terus mengalir tanpa adanya pengendapan.

Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya air harus diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman tersebut. Kedalaman air hendaknya diatur dengan cara sebagai berikut:

Tanaman yang berumur 0-8 hari dalamnya air cukup 5 cm.
Tanaman yang berumur 8-45 hari dalamnya air dapat ditambah hingga 10-20 cm.
Tanaman padi yang sudah membentuk bulir dan mulai menguning dalamnya air dapat ditambah hingga 25 cm. setelah itu dikurangi sedikit demi sedikit.
Sepuluh hari sebelum panen sawah dikeringkan sama sekali. Agar padi dapat masak bersama-sama.


B. Penyiangan dan Penyulaman
Setelah penanaman, Apabila tanaman padi ada yang mati harus segera diganti (disulam). Tanaman sulam itu dapat menyamai yang lain, apabila penggantian bibit baru jangan sampai lewat 10 hhari sesudah tanam.

Selain penyulaman yang perlu dilakukan adalah penyiangan agar rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman padi tidak bertumbuh banyak dan mengambil zat-zat makanan yang dibutuhkan ttanaman padi. Penyiangan dilakukan dua kali yang pertama setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua setelah padi berumur 6 minggu.

C. Pemupukan
Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur-unsur makanan yang dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah. Untuk tanaman padi, pupuk yang digunakan antara lain:

1. Pupuk alam, sebagai pupuk dasar yang diberikan 7-10 hari sebelum tanaman dapat digunakan pupuk-pupuk alam, misalnya: pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos. Banyyaknya kira-kira 10 ton / ha.
2. Pupuk buatan diberikan sesudah tanam, misalnya: ZA/Urea, DS/TS, dan ZK. Adapun manfaat pupuk tersebut sebagai berikut:
  • ZA/Urea : menyuburkan tanah, mempercepat tumbuhnya anakan, mempercepat tumbuhnya tanaman, dan menambah besarnya gabah.
  • DS/TS : mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang pembungaan dan pembentukan buah, mempercepat panen.
  • ZK : memberikan ketahanan tanaman terhadap hama / penyakit, dan mempercepat pembuatan zat pati.

D. Pemberantasan Hama / Penyakit

Burung, banyak yang menyerang padi sedang menguning, gunakan benda-benda untuk menghalaunya.
Walang sangit, penyerangan dilakukan saat padi masih muda, walang sangit dapat diberantas dengan disemprot menggunakab DDT atau disuluh (dipasang lampu).
Tikus, hewan yang satu ini dapat merugikan petani dengan jumlah besar kerena mereka dapat merusak areal yang cukup luas dengan waktu yang tidak lama. Tikus dapat diberantas dengan gropyokan atau dengan member umpan yang berupa ketela,  jagung dan sebagainya yang dicampur dengan phospit.
Ulat serangga, serangga-serang itu bertelur pada daun, apabila menetas ulatnya merusak batang dan daun. Cara pemberantasannya harus disemprot dengan obat-obat insektisida, misalnya : DDT, Aldrin, Endrin, Diazinon dan sebagainya.
Hama tikus merupakan musuh bagi petani karena sulit dibasmi. Namun apabila petani mau berikhtiar dengan sungguh-sungguh, baik lahir maupun batin, insya Allah hama tikus dapat diatasi.

Sebelumnya, perhatikan fakta tentang tikus. Tikus memiliki 3 hal yangg dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Tiga hal tersebut adalah :
1. Tikus selalu melalui rute yang sama dengan rute pertamanya
2. Tikus tidak bisa berjalan mundur
3. Tikus adalah BINATANG PESOLEK

Tiga hal tersebutlah yang digunakan oleh para ahli pest control untuk mengendalikan binatang tikus. Dengan mengenali tiga fakta tersebut maka dapat digunakan sebagai acuan untuk membasmi hama tikus.

Fakta 1 biasanya dapat digunakan untuk menentukan di mana alat akan dipasang.
Fakta 2 biasanya digunakan dengan memasang alat semacam pipa yang seukuran dengan besar tikus namun mengerucut datar kecil dengan ujung yg buntu sehingga ketika tikus masuk dia tidak bisa keluar karena dia tidak dapat berjalan mundur (sebut saja ini alat khusus). 
Fakta 3 (Tikus adalah binatang PESOLEK) : Siapa bilang tikus adalah binatang jorok. Setiap kali tikus mau tidur, dia selalu membersihkan diri dengan cara menjilat seluruh anggota tubuhnya yang dapat ia jangkau terutama kaki-kakinya. Di sini Anda dapat menggunakan racun tikus yang bersertifikat atau bisa juga dengan kapur barus (Kamper). Taburkan racun tikus/kapur barus pada rute yang sering dilalui tikus. Dengan demikian dapat dipastikan kaki-kaki tikus akan terkena racun tadi dan akan dijilat oleh si tikus, sehingga tikus tidak berdaya.
Sedangkan untuk area persawahan ada alternatif cara untuk menangkap tikus secara masal, tapi harus dilakukan secara masal juga. yaitu dengan ember ukuran agak besar, botol plastik, Selai Kacang, Air Sabun, kawat, dan Kayu.

- Ember haruslah agak tinggi agar tikus tidak bisa loncat keluar. Biasanya banyak yang menggunakan ember cat ukuran besar (20 liter).

- Ember diisi air sabun kira-kira setinggi 15-25 cm
- Botolnya di olesi SELAI KACANG. Mungkin bagi si Tikus, Selai kacang itu makanan mewah.

- Usahakan botolnya bisa berputar jika dilewati tikus agar ketika tikus yang naik di atasnya langsung jatuh ke air
- Ember diberi senderan kayu miring untuk jalan tikus.


Sumber: https://www.facebook.com/groups/403183829800395
Cara menanam padi yang baik akan menentukan keberhasilan budidaya padi. Sekalipun cara menanam padi sawah dianggap budidaya mudah akan tetapi kegagalan panen masih sering terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia, apalagi ketika budidaya tanaman padi terserang hama tikus, sudah bisa dipastikan hasil panen menurun sangat signifikan bahkan seringkali menyebabkan puso. Berikut ini akan dibahas mengenai bagaimana teknik menanam padi beserta cara pengendalian hama dan penyakit pengganggu selama proses budidaya padi sawah.

SYARAT TUMBUH TANAMAN PADI SAWAH
Lokasi budidaya padi dan syarat tumbuh tanaman perlu diketahui untuk menentukan varietas maupun pengendalian hama dan penyakit. Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200 mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman 23°C. Intensitas sinar matahari penuh tanpa naungan. Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim. Air sangat dibutuhkan oleh tanaman padi. Saat musim kemarau, air harus tersedia untuk meningkatkan produksi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah mengandung pasir, debu, maupun lempung.

PELAKSANAAN BUDIDAYA PADI SAWAH
  • Pengukuran pH Tanah. Pengukuran pH tanah diperlukan untuk menentukan jumlah pemberian kapur pertanian pada tanah masam atau pH rendah (di bawah 6,5). Pengukuran bisa menggunakan kertas lakmus, pH meter, atau cairan pH tester. Pengambilan titik sampel bisa dilakukan secara zigzag.
  • Persiapan Lahan Budidaya Padi Sawah. Pembersihan jerami atau sisa tanaman lain, pencangkulan pematang sawah untuk memperbaiki pematang-pematang rusak, pemberian pupuk kandang, pembajakan serta penggaruan tanah. 
  • Persiapan Bibit dan Penanaman Padi Sawah. Membuat persemaian merupakan langkah awal budidaya padi. Pembuatan persemaian memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian akan menentukan pertumbuhan tanaman, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi sehat sekaligus subur dapat tercapai. Hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan benih padi unggul bersertifikat, dengan kebutuhan benih 25-30 kg/ha. Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur serta intensitas cahaya matahari sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 4 m, tinggi 20-30 cm. Pada lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan hama tikus, sebaiknya tempat persemaian dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan. Benih padi yang telah direndam selama 1 malam siap ditebar. Bibit berumur 18 hari siap pindah tanam. Sebelum ditanam, bibit padi yang telah dicabut direndam dalam larutan insektisida berbahan aktif karbofuran dengan konsentrasi 1 gr/ liter selama 2 jam. Daun bibit dibiarkan utuh, tidak dipotong seperti kebiasaan petani. Saat melakukan penanaman, lahan dalam kondisi macak-macak, tidak perlu tergenang air. Penanaman budidaya padi dilakukan dengan jumlah satu tanaman per titik tanam, menggunakan sistem jajar legowo 2-1, jarak 15 x 25 cm, lebar barisan legowo 50 cm. Keuntungan cara menanam padi sawah menggunakan sistem ini adalah memberikan ruang cukup untuk pengaturan air, mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian hama dan penyakit juga lebih mudah, serta pemupukan lebih berdaya guna.

PEMELIHARAAN TANAMAN PADI SAWAH
  • Penyulaman Budidaya Padi Sawah. Penyulaman budidaya tanaman padi sawah dilakukan sampai tanaman berumur 2 minggu. Tanaman padi yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam, sehingga akan berpengaruh terhadap pemanenan.
  • Sanitasi Lahan dan Pengairan Budidaya Padi Sawah. Sanitasi lahan pada budidaya padi sawah meliputi : pengendalian gulma/rumput (penyiangan), pencabutan tanaman padi terserang hama dan penyakit. Penyiangan selama proses budidaya padi dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum pemupukan kedua dan ketiga dengan cara mencabut gulma atau menggunakan alat gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup cepat, maka penyiangan bisa dilakukan hingga 3 kali. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan budidaya padi sawah adalah pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari 1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari menjelang panen.
  • Pemupukan Susulan Budidaya Padi Sawah. Melakukan pemupukan susulan dalam budidaya padi merupakan salah satu cara menanam padi yang perlu mendapat perhatian serius, karena nutrisi tanaman padi harus tetap tersedia sepanjang masa budidaya untuk menghasilkan produksi optimal. Pupuk susulan diberikan baik melalui akar maupun daun. Pupuk akar diberikan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama dilakukan saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam (HST) menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha, urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan saat tanaman padi berumur 20 HST menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha, urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan saat tanaman berumur 35 HST menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 250 kg/ha. Pupuk daun diberikan melalui penyemprotan, untuk menghemat waktu maupun biaya tenaga kerja, pemberian pupuk daun dapat bersamaan saat melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pupuk daun kandungan nitrogen tinggi diberikan saat tanaman padi berumur 14 hst, konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan phospat dan kalium tinggi diberikan saat umur 30 hst, 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium tinggi menggunakan pupuk MKP dengan konsentrasi 2 gr/liter saat umur 30 hst, serta konsentrasi 4 gr/liter saat tanaman berumur 45 hst.

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH

HAMA PENGGANGGU BUDIDAYA PADI SAWAH
- Hama Orong-Orong
Pengendalian hama orong-orong pada budidaya padi dilakukan dengan penggenangan sawah 3-4 hari untuk membunuh telur orong-orong di tanah. Penggunaan umpan (sekam dicampur insektisida berbahan aktif metomil), jika diperlukan bisa mengaplikasikan insektisida berbahan aktif fipronil atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Ulat Grayak
Pengendalian hama ulat grayak pada budidaya padi dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Penggerek Batang,
Pengendalian kimiawi hama penggerek batang pada budidaya padi adalah dengan aplikasi insektisida berbahan aktif fipronil, monosultap, bisultap, bensultap, dimehipo, karbosulfan, karbofuran atau amitraz. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Putih
Pengendalian kimiawi hama putih pada budidaya padi adalah penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, karbosulfan, atau dimehipo. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Putih Palsu
Pengendalian hama putih palsu pada budidaya padi tidak diperkenankan melakukan penyemprotan insektisida sebelum tanaman padi berumur 30 hst atau 40 hari setelah sebar benih. Tanaman padi sawah terserang pada fase ini, dapat pulih apabila air maupun pupuk dikelola dengan baik. Selain itu dapat juga mencegahnya melalui penggenangan lahan secara terus menerus, atau dapat juga melakukan pengeringan sawah selama beberapa hari untuk membunuh larvanya. Jika tanaman padi telah berumur lebih dari 30 hst namun serangan tidak terkendali, bisa disemprot menggunakan insektisida berbahan aktif indoksakarb, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Wereng Coklat
Pengendalian hama wereng coklat pada budidaya padi diantaranya melakukan pengaturan jarak tanam, menanam varietas tahan wereng (bisa meminta informasi ke dinas pertanian terdekat), penggunaan lampu perangkap, serta memanfaatkan musuh alami (contoh : laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, kepik Cyrtorhinus lividipennis). Apabila serangan di luar ambang kendali, aplikasikan insektisida berbahan aktif imidakloprid, bensultap, BPMC, betasiflutrin, buprofezin, dimehipo, tiametoksam, atau karbofuran. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Wereng Hijau
Pengendalian hama wereng hijau pada budidaya padi ini sama seperti pengendalian hama wereng coklat.

- Hama Walang Sangit
Pengendalian kimiawi hama walang sangit pada budidaya padi adalah mengaplikasikan insektisida berbahan aktif alfametrin, bensultap, BPMC, MIPC, tiakloprid, fipronil, atau betasiflutrin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Keong Mas
Pengendalian hama keong mas pada budidaya padi diantarnya melakukan pengamatan di lapangan, waktu kritis untuk mengendalikan serangan hama keong mas adalah saat tanaman berumur 10 hst atau 21 hari setelah sebar benih (benih basah). Jika di sawah ditemukan telur berwarna merah muda maupun keong mas dengan berbagai ukuran maupun warna, perlu dilakukan pengaturan air. Ketika tanaman padi berumur 15 hst, perlu dilakukan pengeringan kemudian digenangi lagi secara bergantian (flash flood=intermitten irrigation). Bila petani menanam menggunakan sistem tabela (tanam benih secara langsung), selama 21 hari setelah sebar benih sawah perlu dikeringkan kemudian digenangi secara bergantian. Apabila serangan di luar ambang kendali bisa mengaplikasikan moluskisida berbahan aktif niclosamida atau saponin. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Hama Tikus Sawah
Hama tikus sawah pengganggu proses budidaya padi sawah adalah dari spesies Rattus argentiventer Rob Kloss. Tikus sawah merupakan hama utama budidaya padi dari golongan mamalia (binatang menyusui). Pengendalian hama tikus memerlukan pendekatan sangat spesifik.

Pengendalian Hama Tikus Pada Budidaya Padi Sawah
Pengendalian hama tikus akan dijelaskan lebih lanjut, mengingat serangannya mampu menggagalkan panen hingga 100% (puso). Berikut cara pengendalian hama tikus:
- Sanitasi Lingkungan, Sanitasi lingkungan bertujuan menjadikan lingkungan sawah menjadi tidak menguntungkan bagi kehidupan maupun perkembangbiakan tikus. Kegiatan sanitasi dengan pembersihan gulma di areal pertanaman mulai dari pematang sampai saluran irigasi, terutama pada tanggul tinggi (bertujuan agar hama tikus tidak bersarang di tempat tersebut).
- Kultur Teknis, Pengaturan pola tanam bertujuan membatasi perkembangbiakan tikus sawah, karena hama tikus sawah hanya berkembangbiak saat tanaman padi pada fase generatif. Pengaturan pola tanam dapat membatasi perkembangbiakan hama ini. Pengaturan jarak tanam lebih lebar dari biasanya, seperti cara tanam legowo, bertujuan membuat lingkungan lebih terbuka sehingga kurang disukai hama tikus.
- Pengendalian Fisik, Tujuan pengendalian untuk mengubah faktor lingkungan fisik menjadi tidak sesuai untuk kehidupan tikus sawah. Hama tikus mempunyai batas toleransi terhadap beberapa faktor fisik seperti suhu, cahaya, air, maupun suara. Beberapa cara pengendalian dapat menggunakan alat penyembur api (brender) yang disemprotkan ke sarang tikus, memompa air ke dalam sarang tikus, mengusir hama tikus dengan suara ultrasonik, pemerangkapan (trapping), gropyokan massal (community actions), sistem bubu perangkap linier (linier trap barrier system atau LTBS), serta Sistem bubu perangkap (trap barrier system atau TBS). Informasi LTBS maupun TBS dapat meminta menjelasan ke instansi pertanian terdekat.
- Pemanfaatan Musuh Alami, Musuh alami berasal dari kelompok burung, mamalia maupun reptilia. Pemangsa dari kelompok burung antara lain Tito alba javanica (burung hantu putih), Bubo ketupu (burung hantu cokelat) dan Nyctitorac nyctitorac (burung kowak maling). Pemangsa dari kelompok mamalia antara lain Verricula malaccensis (musang bulan atau rase), Herpestes javanicus (garangan), Felis catus (kucing) atau Canis familiaris (anjing). Pemangsa dari kelompok reptilia antara lain Ptyas koros (ular tikus), Naja naja (ular kobra), Trimeresurus hagleri (ular hijau), Phyton reticulatus (ular sanca).
Pemangsa terbaik hama tikus sawah adalah burung hantu, karena burung hantu mempunyai laju fisiologis besar sehingga mampu mengkonsumsi tikus dalam jumlah banyak. Pemangsa jenis burung juga mempunyai kemampuan mencari mangsanya lebih baik dibandingkan jenis pemangsa lain. Walaupun demikian, burung hantu memerlukan habitat yang sesuai seperti daerah perkebunan, pegunungan atau perkampungan. Sedangkan di daerah sawah irigasi yang luas bahkan terbuka, burung hantu kurang cocok berdomisili di daerah tersebut. Oleh karena itu, sangat perlu menciptakan lingkungan kondusif untuk melindungi predator tikus. Tubuh hama tikus terinfeksi berbagai jenis cacing, sehingga memberikan umpan tikus menggunakan patogen seperti bakteri salmonella dapat dilakukan, tetapi umpan rodentisida tersebut juga membahayakan kesehatan manusia.
- Pengendalian Kimiawi; Rodentisida. Rodentisida di pasaran umumnya dalam bentuk siap pakai, atau mencampur sendiri dengan bahan umpan. Rodentisida digolongkan menjadi racun akut maupun antikoagulan. Racun akut dapat membunuh hama tikus langsung di tempat setelah makan umpan, sehingga dapat menyebabkan hama menjadi jera. Sedangkan rodentisida antikoagulan akan menyebabkan hama mati setelah lima hari memakan umpan (dosis cukup agar tidak menyebabkan jera umpan). Namun demikian jenis rodentisida antikoagulan mempunyai efek sekunder negatif terhadap predator tikus.Fumigasi. Fumigasi merupakan teknik yang ditujukan langsung ke sarang tikus, teknik ini merupakan teknik efektif membunuh hama tikus di dalam sarang.
- Antifertilitas; Adalah cara pemandulan hama tikus baik tikus jantan maupun betina. Cara ini lebih efektif karena hama tikus sawah berkembangbiak sangat cepat. Beberapa jenis bahan kimia untuk pemandulan manusia juga dapat digunakan untuk memandulkan tikus sawah.

PENYAKIT PENGGANGGU BUDIDAYA PADI SAWAH
- Penyakit Hawar Daun Bakteri
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri pada budidaya padi dilakukan dengan rotasi tanaman, pengaturan jarak tanam, penggunaan varietas tahan serangan BLB, serta pemupukan berimbang. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik, berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Hawar Daun Jingga
Pengendalian penyakit hawar daun jingga pada budidaya padi dilakukan dengan pemupukan berimbang, jarak tanam lebar, serta pengeringan secara berkala. Pengendalian kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik berbahan aktif oksitetrasiklin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, atau kasugamisin hidroklorida. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Hawar Pelepah
Pengendalian penyakit hawar pelepah pada budidaya padi dengan pengaturan jarak tanam, pemupukan berimbang, serta aplikasi trichoderma. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit, atau dimetomorf. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Busuk Batang
Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, difenokonazol, tebukonazol, atau dimetomorf. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Blas
Pengendalian penyakit blas pada budidaya padi dengan pengaturan jarak tanam, penggunaan benih bebas infeksi patogen, pemupukan berimbang, pengapuran lahan untuk mencapai pH ideal, serta pengeringan sawah secara berkala. Pengendalian kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk kemasan.

- Penyakit Bercak Daun Cercospora
Pengendalian penyakit bercak daun cercospora pada budidaya padi dengan pemberian pupuk NPK berimbang, pengaturan jarak tanam, serta melakukan pengapuran lahan untuk meningkatkan pH tanah. Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif karbendazim, metil tiofanat, difenokonazol, mankozeb, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Bercak Daun Coklat
Pengendalian kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif azoxistrobin, belerang, difenokonazol, tebukonazol, karbendazim, metil tiofanat, atau klorotalonil. Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.

- Penyakit Tungro
Penyakit virus tugro dapat dikendalikan dengan cara mengendalikan serangga vektor penular virus, terutama pengendalian hama wereng hijau. Aplikasi insektisida untuk mematikan secara cepat hama wereng hijau agar efisien dengan memperhatikan dampak pestisida terhadap lingkungan, sebaiknya dilakukan berdasarkan hasil pengamatan tentang kondisi ancaman tungro.

Strategi Pengendalian Hama dan Penyakit Budidaya Padi Sawah
Penyemprotan pestisida harus dilakukan berseling atau penggantian bahan aktif yang tertera di atas setiap kali melakukan penyemprotan, jangan menggunakan bahan aktif yang sama secara berturut-turut.

PANEN
Buah padi dapat dipanen saat 95% malai menguning. Ketepatan waktu panen sangat mempengaruhi kualitas bulir padi maupun kualitas beras. Panen terlalu cepat menyebabkan prosentase butir hijau tinggi, berakibat sebagian biji tidak terisi atau rusak saat digiling. Sedangkan pemanenan terlambat menyebabkan hasil berkurang karena butir mudah lepas dari malai serta beras pecah saat digiling.
Perontokan padi dilakukan segera setelah tanaman padi dipotong menggunakan sabit, agar kualitas gabah maupun beras giling tinggi. Perontokan lebih dari 2 hari menyebabkan kerusakan beras. Selain itu beras menjadi kurang bersih. 

Sumber: berbagai sumber

KATEGORI

Blog Archive

Popular Posts

Recent Posts